Warga Tomohon Ungkap Dampak Nyata Pelaksanaan TIFF Untuk Ekonomi Rakyat

TOMOHON-SM. Menjelang pelaksanaan Tomohon International Flower Festival (TIFF) 2025 pada bulan Agustus mendatang, sejumlah pernyataan bernada negatif mulai beredar di media sosial. Beberapa orang menilai bahwa festival ini tidak memberikan dampak signifikan bagi masyarakat kecil dan hanya berpihak pada segelintir orang. Namun, tudingan tersebut segera dimentahkan oleh suara-suara dari lapisan masyarakat yang justru merasakan langsung manfaat besar dari penyelenggaraan TIFF.

Melky Pongoh, pedagang daging di Pasar Ekstrem Tomohon, mengungkapkan bahwa setiap pelaksanaan TIFF selalu membawa peningkatan pendapatan.
“TIFF bikin pasar hidup. Banyak pengunjung datang, dan itu langsung terasa di penjualan saya. Daging cepat habis, omzet naik. Kalau orang bilang TIFF tidak berdampak baik bagi pedagang, itu tidak benar sama sekali,” ujarnya.

Herman Wowor, pemilik warung di Kelurahan Talete, juga menyatakan hal serupa.
“Waktu TIFF, warung saya penuh terus. Banyak orang dari luar yang mampir untuk berbelanja. Kita pelaku usaha kecil juga ikut kebagian berkah. Ini bukan acara untuk segelintir orang, tapi buat semua yang mau ambil bagian,” ucap Herman.

Dari sektor transportasi, Stevi Mait, tukang ojek yang biasa mangkal di pusat kota Tomohon, menyebut TIFF sebagai momentum yang ditunggu-tunggu.
“Kalau TIFF, pendapatan naik. Banyak yang butuh ojek untuk keliling kota, ke tempat parade, hotel, sampai pasar. Pendapatan harian bisa naik drastis. TIFF itu sangat membantu kami yang kerja harian,” katanya.

Dampak TIFF juga dirasakan oleh Ronal, pengusaha rumah panggung asal Kelurahan Woloan. Menurutnya, TIFF menjadi ajang promosi efektif bagi rumah panggung khas Minahasa.
“Setiap tahun saat TIFF, banyak wisatawan mampir ke Woloan. Ada yang langsung pesan rumah panggung. Apalagi kalau kami ikut pameran, pesanan datang dari dalam negeri bahkan luar negeri. Ini sangat berdampak positif,” jelas Ronal.

Dari sektor pertanian, Linda, petani bunga asal Kelurahan Kakaskasen, juga memberikan kesaksian tentang bagaimana TIFF membuka pasar dan meningkatkan nilai jual bunga lokal.
“Saat pelaksanaan TIFF, Banyak bunga yang dibeli untuk kendaraan hias, dekorasi, dan souvenir. Harga bisa lebih baik, dan permintaan meningkat. Selain itu, nama Kakaskasen sebagai sentra bunga juga makin dikenal luas,” ungkap Linda.

TIFF bukan sekadar parade bunga, melainkan juga ruang promosi budaya, pemberdayaan UMKM, serta penggerak ekonomi lokal. Festival ini berhasil memantik perputaran ekonomi yang luas, menyentuh berbagai sektor mulai dari pertanian, kuliner, transportasi, hingga industri kreatif.

Pemerintah Kota Tomohon menegaskan komitmennya untuk menjadikan TIFF 2025 sebagai ajang yang lebih inklusif, transparan, dan partisipatif. Berbagai program penguatan peran masyarakat lokal, khususnya pelaku usaha kecil dan menengah, akan kembali menjadi prioritas dalam festival tahun ini.

Di tengah dinamika opini publik yang beredar di media sosial, suara warga seperti Melky, Herman, Stevi, Ronal, dan Linda menjadi bukti nyata bahwa TIFF telah memberi manfaat luas bagi masyarakat Tomohon. Festival ini bukan milik satu pihak, melainkan kebanggaan bersama masyarakat Kota Tomohon. (sob)